Nikah Muda atau Nikah Ketika Siap
Jangan menunggu mapan untuk bisa menikah, tapi segera menikahlah agar kehidupanmu menjadi mapan, tenang, dan berkah. (kutipan)
Pasti
kita sering mendengar kutipan di atas. Lalu apa yang Anda pikirkan dari
kata-kata tersebut? Jika ditelusuri lebih jeli lagi kita akan menemukan kata
kunci mapan, menikah, dan berkah. Nah, selalu ada lebih dari satu pendapat
ketika saya menanyakan tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi persiapan
menikah. Ada yang bilang nikah tidak perlu cepet-cepet karena kalau Allah sudah
tetapkan ya pasti dapat dan ada pula yang berkata segeralah menikah agar dirimu
terjaga dari zina dan atau agar dirimu menjadi tenang. Hehe memang konotasi
dalam pikiran masyarakat menjadi jomblo itu hidupnya serba galau, makanya
disuruh cepet cepet nikah biar lebih tenang. Tapi bener, kadang saya juga
merasa gelisah dan tidak tenang, bhahaha.
Kata
mapan menurut saya mencakup banyak hal, salah satunya adalah mapan secara
emosional. Contoh nyata kemapanan emosional dalam sebuah hubungan adalah sikap
menghargai pasangan, memahami pasangan, mengerti hak; tugas; dan kewajiban, mau
belajar memperbaiki diri demi kebaikan bersama, memiliki ilmu yang memadai
untuk menjalani bahtera pernikahan, bisa menjadi pribadi yang layak dicintai,
tidak banyak drama, dan sebagainya. Kemapanan emosi adalah suatu keadaan di
mana kondisi kejiwaan seseorang berada pada posisi stabil dan tidak akan oleng
bila mengalami goncangan.
Kemapanan
emosi sangat penting untuk melanjutkan kebersamaan kita dengannya. Karena kita
tahu bahwa apabila kita memutuskan untuk menikah, maka pernikahan tersebut
harusnya berlangsung lama bahkan seumur hidup. Sedangkan dalam perjalanan biduk
rumah tangga, pastilah suami istri tersebut dihampiri masalah. Entah itu
masalah yang menyangkut keluarga kecilnya, yang menyangkut keluarga besarnya,
tetangganya, agamanya, dan lain sebagainya. Nah, kemapanan emosilah yang
berperan menumpas segala masalah dengan cantik. Jika kita memiliki kemampuan
emosi yang bagus, maka kualitas kita dalam menyelesaikan masalah pun akan
terlihat rapi.
Selain
kemapanan emosi, ada juga kemapanan spiritual. Hal ini berhubungan langsung
dengan Tuhan. Jadi saya tidak mampu menuliskan bagaimana kriteria seseorang
yang dikatakan memiliki kemapanan spiritual, karena ini urusannya dengan Tuhan.
Hanya saja kualitas ini akan terrefleksi dari tindakannya di luar seperti
seorang laki-laki yang memuliakan ibunya, mencintai anak-anak, dan bekerja
dengan rajian dan giat. Laki-laki yang bisa memuliakan ibunya adalah ia yang
bisa menempatkan ibunya pada kedudukan yang tertinggi meskipun kadang ia merasa
lebih dalam segala hal daripada ibunya. Seperti lebih pandai, lebih tahu
perkembangan jaman, dan lebih ganteng hehe… kemudia laki-laki yang mencintai
anak-anak adalah dia yang rela melepaskan segala kegagahan dan kesombongannya
untuk menyamakan kedudukannya dengan anak anak dan membuat anak-anak tertawa
lepas bersamanya. Dan laki-laki yang giat, jujur, dan serius dalam bekerja
adalah ia yang tahu tanggung jawab. Mohon maaf saya memberi contoh laki-laki, alasannya sepele yaitu karena saya wanita hehe..
Kemapanan
yang terakhir yaitu kemapanan finansial atau keuangan. Hal ini memang berpengaruh dalam rumah tangga tapi aplikasinya tergantung pada masing-masing individu.
Tidak ada manusia yang miskin, karena Allah hanya menciptakan manusia yang kaya
dan kecukupan. Jika ingin memiliki kemapanan finansial yang baik cobalah
menabung, menyelamatkan asset kita apabila suatu saat terjadi inflasi,
bersedekah, dan bekerja tentunya (dengan kerja keras dan kerja cerdas).
Cinta
memang tergesa-gesa, ia ingin sesegera mungkin disatukan dalam ikatan yang
halal. Sulit bagi anak muda yang sudah ingin dipinang dan ingin meminang namun
ia belum memiliki bekal untuk hidup berrumah tangga. Karena tidak semua orang
mampu belajar dengan cepat dan mampu melakukan improvisasi secara mendadak
tanpa adanya persiapan untuk mengarungi rumah tangga terlebih dahulu. Gelisah
memang, jadi selagi masih muda, manfaatkan waktu sebaik baiknya untuk menjadi
pribadi yang layak mendapatkan apa yang kita minta. selamat bersabar.
rasa sabar tidak menjamin kita
bisa memiliki seseorang atau sesuatu pada akhirnya. tidak bisa. tapi rasa
sabar, bisa menjanjikan ketentraman di hati, apapun yang terjadi -
termasuk jika kita gagal memiliki semuanya. dan sungguh itulah hakikat sabar. *tere liye
Comments
Post a Comment